Tuesday, December 5, 2023

STRATEGI LAYANAN DIFERENSIASI DALAM PEMENUHAN TARGET KURIKULUM MERDEKA

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Wilayah Indonesia terbentang dari sabang sampai Merauke, hal tersebut berdampak pada sosial, budaya, Agama, ekonomi serta politik di Indonesia. Perbedaan sosial, budaya, Agama, ekonomi dan politik di Indonesia mempengaruhi keyakinan serta perilaku setiap manusia di Indonesia. Keragaman tersebut tentunya berpengaruh besar pada Pendidikan di Indonesia, oleh sebab itu pentingnya bagi seorang pendidik dalam memahami keragaman yang ada khususnya keragaman peserta didik.

 Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Manusia yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai budi pekerti yang luhur, mandiri, berkarakter, sehat jasmani dan rohani, keterampilan dan pengetahuan, dan terakhir mempunyai rasa tanggung jawab untuk berbangsa dan bermasyarakat. Sebagaimana yag tertuang dalam Undang-undang sisdiknas no. 20 tahun 2003.

Upaya dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional, maka pemerintah menggaungkan perubahan sistem Pendidikan melalui kurikulum merdeka. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga materi disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Target dalam kurikulum merdeka ini sebagaimana yang di rumuskan dalam profil pelajar Pancasila yang berisi 6 dimensi, diantaranya bertakwa kepada Tuhan YME, Berkebhinekaan global, bernalar kritis, kreatif, gotong royong,  dan mandiri.

Usaha yang di lakukan dalam pemenuhan target tersebut tentunya membutuhkan strategi dalam pelaksanaanya. Strategi yang di gunakan tentunya memperhatikan keragaman dari peserta didik, baik kebutuhan peserta didik, kreativitas peserta didik, maupun gaya belajar peserta didik. Oleh karena itu, pada paper ini akan di jelaskan secara rinci mengenai Keragaman dari peserta didik, kurikulum merdeka dan juga strategi diferensiasi.

1.2  Rumusan Masalah

1.                  Bagaimana pengertian dari keragaman peserta didik?

2.                  Bagaimana target dari kurikulum merdeka?

3.                  Bagaimana strategi layanan diferensiasi dalam upaya pemenuhan target kurikulum merdeka?

1.3  Tujuan

1.              Mengetahui pengertian dari keragaman peserta didik

2.              Mengetahui target dari kurikulum merdeka

3.              Mengetahui strategi layanan diferensiasi dalam upaya pemenuhan target kurikulum merdeka

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keragaman Peserta Didik

2.1.1 Pengertian

Keragaman berasal dari kata “ragam” menurut kamus besar Bahasa Indonesia artinya macam-macam, banyak warna, dan berbeda-beda. Maksudnya adalah ragam ini berarti sesuatu yang memiliki jenis, warna, atau corak yang berbeda-beda dan hidup bersama di suatu kehidupan nyata.

Apabila mengikuti konteks masyarakat, maka keberagaman ini menunjuk pada suatu kondisi dalam kehidupan bermasyarakat dimana setiap individunya memiliki perbedaan di berbagai bidang, mulai dari gender, suku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya, bahasa, hingga pemikiran. Hal itu juga yang kerap disebut sebagai masyarakat majemuk. Suatu keberagaman yang “hidup” pada kehidupan bermasyarakat ini harus diimbangi dengan adanya kesederajatan. Hal tersebut karena kesederajatan ini memiliki arti sebagai suatu kondisi terutama di dalam kehidupan keberagaman ini, setiap manusia tetap memiliki suatu kedudukan yang sama pada satu tingkatan hierarki sosial.

Keragaman peserta didik artinya perbedaan peserta didik satu dengan peserta didik lainnya. Dimana setiap peserta didik memiliki potensi diri masing-masing, kelebihan, pemikiran, gaya belajar dan perilaku yang juga berbeda. Misalnya, Di dalam suatu kelas, terdapat anak dengan latar belakang agama berbeda-beda yakni ada yang beragama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Budha, Hindu, hingga Konghucu. Begitu juga dengan gaya belajar, dimana masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, ada yang gaya belajarnya visual, auditori ataupun kinestetik. Berkaitandengan hal tersebut, maka pentingnya pemahaman akan keragaman peserta didik agar seorang pendidik dapat memberikan layanan sesuai dengan porsi peserta didik.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keragaman Peserta Didik

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman peserta didik, diantaranya:

a. Letak Geografis

Letak geografis ini berkaitan dengan kondisi negara kepulauan, yang berjumlah sekitar 17.000 dan setiap pulaunya memiliki suku bangsa berbeda-beda. Hal tersebut juga menjadikan Indonesia memiliki letak yang strategis, sehingga tak jarang pula dijadikan WNA (Warga Negara Asing) untuk memohon naturalisasi sebagai WNI (Warga Negara Indonesia).

b. Perbedaan Kondisi Alam

Melihat keberagaman letak geografis di Indonesia, pasti akan beragam pula kondisi alamnya. Perbedaan kondisi alam ini berkaitan dengan perbedaan musim antar daerah dan perbedaan kondisi alam yang berupa pantai serta pegunungan. Dari hal tersebut maka kebutuhan masyarakat, mata pencaharian, dan hasil sumber daya alam juga akan turut beragam.

Perbedaan kondisi alam ini juga mempengaruhi keberagaman penggunaan transportasi dan sistem komunikasi di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Misalnya, untuk masyarakat yang tinggal dengan kondisi alam pantai, umumnya mereka akan menggunakan transportasi laut.

c. Pengaruh Kebudayaan Asing

Kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama pada era digital seperti saat ini juga turut menjadi faktor penyebab dari keberagaman masyarakatnya. Biasanya, kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia ini memiliki ciri khas yang berbeda, sehingga masyarakat harus pandai untuk memilahnya. Tak jarang pula akan terjadi proses akulturasi atau percampuran antara unsur budaya asing dengan budaya Indonesia. Contohnya seni sastra yang banyak terinspirasi oleh sastra Ramayana dan Mahabarata yang berasal dari Indonesia (kebudayaan Hindu).

d. Agama

Terdapat 5 agama yang di akui oleh Negara Indonesia diantaranya agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Konghucu. Karena bangsa Indonesia memiliki 5 agama tersebut maka di dalam dasar negara Indonesia yakni Pancasila, tercantum dalam sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan memegang teguh sila pertama ini, di harapkan setiap individu yang berbeda agama dapat hidup bertampingan dan saling menghargai perbedaan agama tersebut.

e. Lingkungan Sosial

Di karenakan letak geografis yang berbeda tentunya lingkungan sosial di daerah satu berbeda dengan daerah lainnya, termasuk dalam hal Bahasa. Salah satu contoh, masyarakat Surabaya dan masyarakat madura. Secara geografis wilayah mereka di sekat oleh selat madura, Bahasa yang di gunakan berbeda, begitupun dengan perilaku sosial mereka juga jauh berbeda antara masayarakat Surabaya dan masyarakat madura. Ruang lingkup yang lebih kecil di dalam lingkungan sosial juga terdapat interaksi sosial antara anak-anak dengan orang dewasa, hal ini juga mempengaruhi perilaku sosial setiap individu. Orang dewasa Ketika berinteraksi dengan anak-anak ia akan bercakap dan berperilaku layaknya anak-anak, agar si anak bisa mengerti apa yang di maksud.

f. Ekonomi

Keragaman ekonomi keluarga berpengaruh pada proses belajar peserta didik. Dalam proses belajar peserta didik juga membutuhkan biaya misalkan uang saku, biaya transportasi, biaya untuk membeli buku dan sebagainya. Hal tersebut tentunya mempengaruhi perilaku peserta didik dalam belajar, misalnya peserta didik yang orang tuanya mampu memberikan setiap kebutuhannya akan merasa tenang dan nyaman dalam belajar. Dan sebaliknya, ada yang merasa tidak tenang Ketika belajar karena tidak mendapatkan uang saku atau masih memiliki tanggungan sekolah.

g. Budaya dan Adat Istiadat

Setiap daerah memiliki budaya masing-masing dan tentunya memegang teguh aturan adat istiadat. Hal tersebut juga berpengaruh pada proses Pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan budaya yang ada sebagai bahan pembelajaran dan pengajaran. Aturan atau tata tertib sekolah yang di sesuaikan dengan adat istiadat di lingkungan masyarakat lokasi sekolah. Dan keberadaan budaya tersebut juga mempengaruhi perilaku peserta didik, dimana ada peserta didik yang mengikuti aturan yang ada, dan juga ada peserta didik yang tidak mengikuti aturan tersebut sehingga di nilai menyimpang. Contoh, cara berpakaian yang baik sesuai dengan adat istiadat atau juga sesuai dengan aturan disiplin sekolah.

2.2. Kurikulum Merdeka

2.2.1 Pengertian

Sebelum mencari tahu mengenai kurikulum merdeka pentingnya mengetahui terlebih dahulu latar belakang di bentuknya kurikulum merdeka. Dimana latar belakang adanya kurikulum merdeka yakni hasil Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.

Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah:

·  Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila

·     Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

·        Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan, serta menguatkan pengembangan enam dimensi profil pelajar Pancasila. Melalui projek ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi. Projek ini melatih peserta didik untuk melakukan aksi nyata sebagai respon terhadap isu-isu tersebut sesuai dengan perkembangan dan tahapan belajar mereka. Projek penguatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

2.2.2 Capaian Kurikulum Merdeka

Capaian dari kurikulum merdeka sesuai dengan tujuan Pendidikan Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertuang dalamPembukaan undang-undang dasar 1945 alenia 4. Dan untuk mewujudkannya menggunakan pancasilan sebagai fondasi sehingga di rumuskanlah profil pelajar Pancasila sebagai capaian peserta didik pada kurikulum merdeka.

Profil Pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil Pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Secara lebih mendetail, karakter Pelajar Pancasila dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi berikut:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia : akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, akhlak bernegara.

2. Berkebinekaan global: mengenal dan menghargai budaya, komunikasi dan interaksi antarbudaya, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan, berkeadilan sosial.

3. Bergotong royong: kolaborasi, kepedulian, berbagi.

4. Mandiri: pemahaman diri dan situasi yang dihadapi, regulasi diri.

5. Bernalar kritis: memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri.

6. Kreatif: menghasilkan gagasan yang orisinal, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.

Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Profil Pelajar Pancasila dibentuk sebagai usaha pengembangan SDM unggul yang bersifat holistik, dan tidak berfokus pada kemampuan kognitif saja. Karena itu, Profil Pelajar Pancasila juga merupakan suatu capaian dari proses pembelajaran lintas disiplin.

2.3 Strategi Layanan Diferensiasi dalam Mencapai Target Kurikulum Merdeka

2.3.1 Project Based Learning

Project based learning merupakan pembelajaran dimana peserta didik sebagai pusat kegiatan untuk menghasilkan suatu produk di akhir pembelajaran. Project based learning adalah model pembelajaran berupa tugas nyata seperti kerja proyek, berkelompok, dan mendalam untuk mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.

Adapun pengertian project based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1.         Menurut Goodman dan Stivers, yaitu pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.

2.         Menurut Made Wena, yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

3.         Menurut Grant, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik.

4.         Menurut Afriana, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar bermakna bagi peserta didik.

5.         Menurut Fathurrohman, yaitu model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Tujuan project based learning adalah sebagai berikut:

1.    Melatih sikap proaktif peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.

2.    Mengasah kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di kelas.

3.    Meningkatkan keaktifan peserta didik di kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks sampai diperoleh hasil nyata.

4.    Mengasah keterampilan peserta didik dalam memanfaatkan alat dan bahan di kelas guna menunjang aktivitas belajarnya.

5.    Melatih sifat kolaboratif peserta didik.

Sintak pembelajaran project based learning 

Sintak pembelajaran merupakan tahapan atau fase yang harus dikerjakan pada pembelajaran. Dengan adanya sintak, alur kegiatan pembelajaran menjadi jelas dan terstruktur. Adapun sintak model pembelajaran project based learning adalah sebagai berikut:

1.   Menentukan pertanyaan mendasar : Sebelum masuk ke materi, guru harus memberikan pertanyaan mendasar terkait materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut bisa dikemas dalam studi kasus di dunia nyata dilanjutkan dengan penelusuran lebih mendalam.

2.   Menyusun desain perencanaan proyek: Penyusunan desain proyek bersifat kolaboratif. Artinya, kerja sama antara guru dan peserta didik. Pada desain ini memuat sejumlah poin, misalnya aturan main, aktivitas, dan presentasi.

3. Membuat jadwal aktivitas: Setelah guru dan peserta didik menyusun desain perencanaan proyek dilanjutkan dengan membuat jadwal aktivitas. Adapun contoh jadwal aktivitasnya adalah sebagai berikut.

§  Menentukan timeline pengerjaan

§  Menentukan deadline pengerjaan

§  Menentukan perencanaan baru untuk menyelesaikan proyek

§  Memberikan bimbingan bagi peserta didik yang menggunakan cara di luar proyek.

4. Melakukan monitor pada perkembangan kinerja peserta didik: Selama peserta didik mengerjakan proyek yang ditugaskan, guru harus aktif memonitor kegiatan mereka. Hal itu bertujuan untuk menjaga agar suasana belajar tetap kondusif. Kegiatan monitor bisa dilakukan menggunakan alat perekam atau rubrik.

5. Menguji hasil kinerja peserta didik: Tingkat pencapaian peserta didik dalam menyelesaikan proyek yang ditugasnya akan diuji dan dinilai oleh guru. Penilaian ini diharapkan bisa memberikan umpan balik bagi pemahaman peserta didik. Hasil kinerja juga bisa digunakan oleh guru untuk menyusun strategi pada pembelajaran selanjutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman: Evaluasi pengalaman berupa refleksi dari kegiatan yang sudah dijalankan. Pada tahap ini guru bisa melakukan diskusi ringan dengan peserta didik terkait pengalaman selama mengerjakan proyek.

 

Dalam layanan bimbingan dan konseling project based learning dapat di laksanakan Ketika memberikan layanan bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok. Misalkan peserta didik membuat project berkaitan dengan pemahaman dari materi yang telah di sampaikan seperti bahaya narkoba, bahaya merokok, dan sebagainya dalam bentuk media informasi seperti video, infografis, poster atau yang lainnya sesuai dengan minat dan kreatifitas peserta didik. Dimana project tersebuta di buat sebagai bukti respon peserta didik atas materi yang telah di sampaikan sekaligus upaya preventif bagi peserta didik lainnya.

Dari strategi tersebut, maka hasil akhir yang di harapkan yakni tercapainya target kurikulum. Dengan peserta didik menghasilkan sebuah karya maka peserta didik menunjukkan kreatifitasnya. Pekerjaan tersebut di buat secara berkelompok menunjukkan rikap gotong royong, dengan saling toleransi perbedaan yang ada di dalam satu kelompok menunjukkan bahwa peserta didik berkebhinekaan global. Disamping itu peserta didik juga belajar mandiri dan bernalar kritis untuk mencapai tujuan yang sama dalam satu kelompok.

 

2.3.2 Small Group Discussion


Small group discussion 
adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Small group discussion juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Small group discussion sebagaimana pembelajaran kelompok lainnya memiliki unsur-unsur yang saling terkait, yakni:

1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence).

Cooperative learning menghendaki adanya ketergantungan positif saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi diantara siswa.

2) Akuntabilitas individual (individual accountability)

Small group discussion menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi belajar anggotaanggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh sebagian anggota. Dalam small group discussion, siswa harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota.

3) Tatap muka ( face to face interaction )

Small group discussion menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru.

4) Ketrampilan Sosial (Social Skill)

Unsur ini menghendaki siswa untuk dibekali berbagai ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

5) Proses Kelompok (Group Processing)

Proses ini terjadi ketika tiap anggota kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang harus diubah atau di pertahankan.

 

Tujuan Metode Small Group

Sebagai metode belajar, belajar kelompok diskusi atau small group discussion mengandung tujuan yang ingin dikembangkan. Tujuan diskusi atau small group discussion antara lain :

1) Agar siswa berbincang-bincang untuk memecahkan masalahmasalah sendiri.

2) Agar siswa berbincang-bincang mengenai masalah-masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari, dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka dan sebagainya.

3) Agar siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling mengoreksi pemahaman yang mereka atas pelajaran yang diterimanya, agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik.

 

Sedangkan menurut Ismail SM Tujuan penerapan strategi ini adalah agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Metode small group discussion Diskusi mungkin tidak efektif untuk menyajikan informasi baru dimana peserta didik sudah dengan sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi tampaknya sangat cocok ketika guru ingin melakukan hal-hal dibawah ini:

1) Membantu peserta didik belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berpikir.

2) Membantu peserta didik mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain

3) memberi kesempatan pada peserta didik untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip.

4) membantu peserta didik menyadari akan suatu problem dan menformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.

5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya

6) memperoleh penerimaan bagi informasi atau teori yang mengkomunteri cerita rakyat atau kepercayaan peserta didik terdahulu

7) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih jauh

8) memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai.

 

Sistem pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar-mengajar tidak dapat sepenuhnya berpusat pada siswa (pupil centered instruction) seperti pada sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa pada hakekatnya siswalah yang harus belajar.

Dengan demikian, proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa, misalnya dengan pendekatan “inquiry-discovery learning”. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sini harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Guru perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan dan karakteristik serta gaya belajar siswa. Sebagai konsekuensi logisnya, guru dituntut harus kaya metodologi mengajar

sekaligus terampil menerapkannya, tidak monoton dan variatif dalam melaksanakan pembelajaran.

 

Peran Guru Dalam Metode Small Group

Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar peserta didik. Maka sikap guru hendaknya:

1) Buka mau mendengarkan pendapat peserta didik.

2) Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan bila guru atau peserta didik lain berbicara.

3) Menghargai perbedaan pendapat.

4) “Mentolelir” salah dan mendorong untuk memperbaiki.

5) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.

6) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja guru.

7) Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.

8) Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.

9) Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya peserta didik sekalipun kurang berkualitas.

10) Mendorong peserta didik untuk tidak takut salah dan berani menanggung resiko.

 

Dalam pengajaran yang dimiliki dalam metode small group discussion, maka posisi dan peran guru harus menempatkan diri sebagai:

1) Pemimpin belajar, artinya merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik

2) Fasilitator belajar artinya memberikan kemudahan-kemudahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal, menyediakan sumber dan alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup, memberi bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan masalah, menengahi perdebatan pendapat dan sebagainya.

3) Moderator belajar artinya sebagai pengatur arus belajar peserta didik, guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta didik dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada di lain, untuk dijawab dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada penannya atau kepada kelas untuk dinilai benar salahnya.

4) Motivator belajar sebagai pendorong agar peserta didik mau melakukan kegiatan belajar

5) Evaluator artinya sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif, guru berkewajiban memantau, mengawasi, proses belajar peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya.

 

Strategi ini dapat di lakukan dalam layanan bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah-langkah penerapan metode small group discussion diantaranya :

1) Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid), bisa sesuai dengan kesamaan yang ada di antara peserta didik.

2) Guru memberikan instruksi agar peserta didik menuliskan apa yang sedang mereka pikirkan, mereka eluhkan, atau yang menjadi permasalahan mereka saat itu.

3) Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan tulisan dari masing-masing anggota, baik pemecahan masalahnya, bagaimana harus menyikapi situasi dan kondisi yang ada, dan sebagainya.

4) Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi

5) Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas, tanpa menyebutkan nama anggota yang memiliki masalah tersebut.

6) Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru)

Pada strategi kali ini dapat melatih peserta didik untuk mencapai tujuan dari kurikulum sesuai profil pelajar Pancasila. Dimana dengan mencoba untuk menemukan problem solving dari masalah teman satu kelompok maka peserta didik di latih untuk bernalar kritis, sekaligus mencoba untuk menyelesaikan permasalahnnya sendiri yakni berlatih untuk mandiri. Berusaha untuk memahami permasalahan satu sama lain dan mentolerir adanya perbedaan menunjukkan sikap berkebhinnekaan global. Penyelesaian instruksi dari guru secara Bersama-sama melatih peserta didik dalam berperilaku gotong royong.

2.3.3        Layanan Konseling Individu

Jika kedua strategi di atas merupakan strategi yang dapat di terapkan dalam layanan bimbingan klasikal maupun kelompok sebagai upaya preventif, maka ada pula strategi yang bisa di terapkan dalam layanan konseling sebagai upaya kuratif atau pengentasan.

Seorang pembimbing atau konselor ketika menghadapi masalah-masalah seperti ini dapat melakukan layanan bimbingan dan konseling secara individual atau secara khusus dengan siswa yang bersangkutan. Masalah yang timbul mungkin menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan aspek-aspek emosional, moral, atau kesulitan belajar yang memerlukan latihan-latihan yang harus dilakukan dengan penuh ketekunan oleh individu tersebut. Proses yang dilakukan oleh koselor dapat berupa wawancara atau berupaya menggali informasi yang dibutuhkan menyangkut individu yang bersangkutan atau keluarga juga lingkungan masyarakat sekitarnya untuk dianalisa (diagnosa) dan dicarikan penyebab masalah dan alternatif solusinya.

Layanan bimbingan dan konseling secara individual biasanya ditujukan kepada seorang individu seperti siswa atau klien, yang di dalamnya berisi proses-proses pemilihan dan pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh pribadi bersangkutan untuk membuka kesadaran, pemahaman dan tanggung jawabnya sebagai seorang individu. Dengan demikian diharapkan setelah selesai melakukan bimbingan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan keputusan-keputusan diambil atas inisiatif individu itu sendiri akan menjadikan individu yang bisa menerima kenyataan bahwa dirinya bermasalah dan menyadari letak masalahnya serta mampu mengambil keputusan untuk solusi-solusinya, sampai akhirnya dalam waktu selanjutnya individu yang bersangkutan mampu memperbaiki diri dan menjauhi penyebab-penyebab masalahnya agar ia tidak terjerumus kembali kepada masalah yang sama, bahkan individu tersebut diarahkan agar mampu mandiri dan memunculkan daya produktif dan daya kreatifnya untuk membangun dirinya atau kelompoknya.

Layanan bimbingan dan konseling secara individual bila ditinjau dari sisi tujuan utamanya adalah membantu siswa atau klien untuk membuat struktur dari masalah yang dihadapi, lalu diarahkan agar siswa atau klien tersebut menyadari dan tahu pasti masalah sebenarnya, disisi lain siswa atau klien secara psikologis diberi dorongan untuk senantiasa percaya diri, optimis, dan selalu berpikir positif bahwa ia mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian siswa atau klien didorong semangat dan kegairahannya untuk dapat merubah dan memperbaiki diri serta didorong untuk dapat bersosialisasi kembali dan bisa memberi kontribusi positif terhadap kelompok, atau keluarganya.

Konseling individual juga perlu memperhatikan manusia sebagai makhluk religious. Artinya proses konseling individual tidak hanya berfokus pada masalah yang tengah di hadapi oleh individu tersebut, termasuk juga pada aspek keyakinannya dalam beragama. Melaksanakan dan menjalankan syari’at sesuai dengan agama yang di anutnya dan meninggalkan apa yang di larang oleh agama yang dianutnya.

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1       Peserta didik adalah individu yang unik, memiliki karakter yang berbeda-beda. Hal ini di pengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya, agama, ekonomi dan politik.

2        Target atau capaian dari kurikulum merdeka sebagaimana yang rumuskan dalam profil pelajar Pancasila yakni Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bernalar kritis, gotong royong, berkebhinekaan global, mandiri, dan kreatif.

3        Strategi dalam layanan bimbingan konseling tidak terbatas hanya pada satu strategi saja, namun bisa menggunakan beberapa strategi. Karena masing-masing startegi memiliki fungsi dan makna sendiri dalam upaya tercapainya target kurikulum.

 


DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2021). Profil Pelajar Pancasila dan Konsolidasi di Sekolah. Kompas, edisi Jumat, 29 Januari 2021.

Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Djamarah, Syaiful Bahri Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Mengahadapi Society 5.0. Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman , 99-110.

Qomaruzzaman, B. (2017). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sari, Pusvyta, (2019). Analisis terhadap kerucut pengalaman edgar dale dan keragaman gaya belajar untuk memilih media yang tepat dalam pembelajaran, Lamongan: Institut Pesantren sunan drajat.

Suparman, A. (2014). Desain Instruktusional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Susilawati, E., Sarifudin, S., & Muslim, S. (2021) . Internalisasi Nilai Pancasila Dalam Pembelajaran Melalui Penerapan Profil Pelajar Pancasila Berbantuan Platform Merdeka MengajarJurnal Teknodik25(2), 155–167.

Wibawa, R. (2019). Peran Pendidikan Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada Tingkat Sekolah Menengah Pertama Di Era Society 5.0 Sebagai Penentu Kemajuan Bangsa Indonesia. Journal Of Equilibrium , 137-141.

 

Sumber Internet

Gramedia Blog, https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-keberagaman-dan-faktornya/#Apa_Pengertian_Dari_Keberagaman, di akses pada 6 Januari 2023.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, https://kbbi.web.id/, di akses pada 6 Januari 2023.

Merdeka Mengajar, https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/6824920439705-Profil-Pelajar-Pancasila, di akses pada 7 Januari 2023

No comments:

Post a Comment

ANGKET GAYA BELAJAR

  Lampiran III ANGKET GAYA BELAJAR NAMA            :                                                                        ASAL SEKOLAH...